Kenapa Swedia? Kenapa Chalmers? Kenapa Nanoteknologi? Wait, What??!
- Sarah Z. Khairunnisa
- Aug 15, 2018
- 3 min read
Study in Sweden.
Tiga kata ajaib yang menggambarkan sebuah mimpi yang telah diperjuangkan dan kini telah diraih. Yash! Selama dua tahun setelah lulus dari salah satu kampus di Indonesia, kini saatnya saya melanjutkan studi di negara Swedia. Dua tahun kemarin tentu saja penuh dengan cerita. Tapi, cerita ini tentunya dimulai dengan keputusan awal dalam memilih Swedia, Chalmers, dan Nanoteknologi sebagai tujuan.
Untuk kuliah di Swedia, tentu saja membutuhkan biaya yang sangat banyak. Oleh karena itu, selama dua tahun terakhir identitas saya adalah menjadi seorang pemburu beasiswa luar negeri. Tentu saja dengan jenis beasiswa full cover (pembiayaan penuh, mulai dari biaya studi hingga biaya hidup). Pilihan beasiswa pertama? Tentu saja LPDP yang masih digandrungi para lulusan S1 di Indonesia-hingga saat ini. Kisah perjuangan mendapatkan beasiswa LPDP sendiri bukan merupakan inti dari post ini. Namun, perjuangan mendapatkan LPDP yang telah dilalui memberikan bahan untuk saya dalam berbagi di tulisan ini :D
Hasil dari persiapan LPDP pun mengarahkan saya pada jawaban-jawaban (dari pertanyaan-pertanyaan di atas) seperti berikut:
Kenapa Swedia?
Melanjutkan studi di Swedia adalah salah satu cara saya merealisasikan tujuan-tujuan hidup dan juga perantara antara latar belakang dan tujuan saya. Negara ini telah benar-benar menduduki posisi terdepan di dunia dalam hal penelitian dan perkembangannya, selaras dengan Amerika Serikat, Denmark, Jepang, dan Korea Selatan.
Untuk membandingkan Swedia dengan negara lainnya, saya memiliki beberapa alasan yang telah dipertimbangkan sebagai berikut:
Mayoritas orang Swedia memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari. Maka dari itu, kendala bahasa tidak akan terlalu signifikan. Namun demikian, bahasa Swedia sendiri (Svenska) juga dapat dipelajari dengan mudah karena secara umum setiap universitas memiliki program kursus gratis belajar bahasa Swedia.
Toleransi antar masyarakat di Swedia tergolong tinggi, sehingga sebagai seorang muslim saya pun akan merasa lebih tenang dalam beribadah.
Last but not least, Swedia adalah negara berkelanjutan terbaik (best sustainable country) di dunia. Saya harap saya bisa beradaptasi dengan kultur Swedia dan bisa mengaplikasikannya di Indonesia.
Kenapa Chalmers?
Saya telah menentukan tujuan dan ekspektasi tertentu dari institusi yang saya pilih. Kriteria utama saya adalah ketersediaan program yang berkaitan dengan projek saya sebelumnya, fasilitas yang dimiliki, dan kegiatan risetnya. Setelah disimpulkan, pilihan untuk memilih Chalmers University of Technology adalah karena:
Program master Nanoteknologi yang ada di kampus Chalmers memiliki hubungan dengan riset-riset terdepan,dan banyak tugas kuliah yang tergabung dalam projek riset sungguhan. Sehingga, hal tersebut akan memperkaya pengalaman saya.
Riset nano di Chalmers memiliki infrastruktur yang kuat dengan laboratorium-laboratorium canggih juga memiliki fasilitas clean room yang mendukung berbagai aktivitas dengan sprektrum yang luas, yang melibatkan lebih dari 150 peneliti.
Kolaborasi industri Chalmers telah terjalin dengan baik dan Chalmers telah beberapa kali berhasil meluncurkan spin-off companies.
Lebih jauh lagi, koneksi pada salah satu Areas of Advance yang dimiliki Chalmers, yaitu Nanoscience and Nanotechnology memungkinkan kolaborasi interdisiplin di dalam Chalmers juga memperkuat kolaborasi dengan akademia, industri, dan masyarakat seluruh dunia.
Terakhir, The European Commission telah memilih Chalmers untuk menjadi koordinator Graphene Project yang merupakan salah satu dari EU's first FET (Future & Emerging Technology) Flagships atau projek unggulan se-Eropa.
Kenapa Nanoteknologi?
Karena nanoteknologi memiliki hubungan yang kuat dengan latar belakang saya sebelumnya. Saya lulus S1 dari jurusan Fisika dengan mengambil fokus pada fisika material elektronik dan tertarik dengan ilmu material dalam area nano. Karena ilmu material/material science merupakan ilmu yang mendasari hampir semua pengetahuan sains dan teknik.
Selanjutnya, fisika material elektronik terutama teknologi semikonduktor berkembang dengan sangat cepat dengan mengeksploitasi fenomena fisika yang sebelumnya hanya tertulis dalam buku semokonduktor atau zat padat saja. Dan sebagai teknologi maju, semikonduktor butuh ditingkatkan dengan teknologi nano.
Nanoteknologi sendiri memegang peranan dasar yang penting, contohnya dalam telekomunikasi, peralatan elektronik, bioteknologi, energi berkelanjutan, serta kebutuhan hidup dasar lainnya. Lebih jauh, masyarakat Indonesia sendiri sangat konsumtif terutama dalam hal peralatan elektronik. Berdasarkan data dari media cells (indonesia-investments.com), Indonesia menduduki peringkat 10 besar dalam pasar smartphone berdasarkan volum penjualan. Sayangnya, bangsa ini hanya menjadi pengguna atau konsumer. Sehingga, saya memiliki mimpi bahwa suatu hari Indonesia bisa memiliki industri alat elektroniknya sendiri yang kuat dan saya berkontribusi di dalamnya.
Sekian, saya akhiri tulisan ini. Mohon doanya agar jalan saya dimudahkan dalam studi dan juga dalam mencapai tujuan hidup lainnya :)
Salam,
Sarah Z. Khairunnisa
댓글